Tauhid Rububiyah

Dilarang keras copy paste makalah atau artikel yang ada di sini.
Jika anda ingin makalah atau artikel ini,
silakan download lengkap versi doc-nya dengan download di sini

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
MACAM-MACAM TAUHID
1. Tauhid Rububiyah:
2. Tauhid Asma’ dan Sifat.
3. Tauhid Uluhiyah.
TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
MAKNA TAUHID RUBUBIYAH ALLAH
PEMBAGIAN TAUHID RUBUBIYAH MENURUT FUNGSINYA
a) Allah sebagai Pencipta
b) Allah sebagai Pemberi rizki
c) Allah sebagai Pemilik
Bukti-Bukti Wujud Allah, Dan Keesaan-Nya
Islam Menentang Polytheisme (Bertuhan Banyak), Dan Atheisme (Tidak Bertuhan)
ANALISA
DALIL-DALIL TAUHID AR-RUBUBIYYAH
FITRAH MENGAKUI RUBUBIYYAH ALLAH
AL-QURAN MENGAKUI ADANYA TAUHID AR-RUBUBIYYAH DI DALAM JIWA MANUSIA
ALLAH BERSIFAT MUTLAK
MANUSIA BERSIFAT FAKIR
SIFAT FAKIR DAN SIFAT KAYA
Manfaat mempelajari Tauhid Rububiyah
PENUTUP
Kesimpulan

MACAM-MACAM TAUHID
Macam-macam tauhid ini hanya sekedar penamaan atau istilah untuk memudahkan pemahaman dan pengistilahan dalam mempelajarinya, pada hakikatnya satu. Dalam bertauhid tidak mengenal pembedaan, dengan kata lain, Tauhid Uluhiyah dengan Tauhid Rububiyah pada hakikatnya satu, tidak berbeda, karena Allah sebagai Zat Yang Maha Tunggal, juga Zat Yang Maha Mengayomi manusia sekaligus Pemilik jagat raya ini. Macam-macam tauhid ini adalah: Tauhid Rububiyah, Tauhid Asma’ dan Sifat dan Tauhid Uluhiyah.
1. Tauhid Rububiyah:
Tauhid Rububbiyah adalah suatu ilmu yang membahas tentang “Wujud Allah”, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Penguasa seluruh alam kecuali Allah yang menciptakan mereka dan memberinya rizki. Tauhid macam ini juga telah dinyatakan oleh orang-orang musyrik pada masa-masa pertama dahulu. Mereka menyatakan bahwa Allah semata yang Maha Pencipta, Penguasa, Pengatur, Yang Menghidupkan,Yang Mematikan, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Tauhid Asma’ dan Sifat.
rest of post here

Yaitu: beriman bahwa Allah ta’ala memiliki zat yang tidak serupa dengan berbagai zat yang ada, serta memiliki sifat yang tidak serupa dengan berbagai sifat yang ada. Dan bahwa nama-nama-Nya merupakan petunjuk yang jelas akan sifat-Nya yang sempurna secara mutlak sebagaimana firman Allah ta’ala:
“Tidak ada yang menyerupainya sesuatu pun, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (As Syuro 110)
Begitu juga halnya (beriman kepada Asma’ dan Sifat Allah) berarti menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya dalam Kitab-Nya atau apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya SAW dengan penetapan yang layak sesuai kebesaran-Nya tanpa ada penyerupaan dengan sesuatu pun, tidak juga memisalkannya dan meniadakannya, tidak mengubahnya, tidak menafsirkannya dengan penafsiran yang lain dan tidak menanyakan bagaimana hal-Nya. Kita tidak boleh berusaha baik dengan hati kita, perkiraan kita, lisan kita untuk bertanya-tanya tentang bagaimana sifat-sifat-Nya dan juga tidak boleh menyamakan-Nya dengan sifat-sifat makhluk .
3. Tauhid Uluhiyah.
Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dalam seluruh amalan ibadah yang Allah perintahkan seperti berdoa, khouf (takut), raja’ (harap), tawakkal, raghbah (berkeinginan), rahbah (takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai pengagungan), taubat, minta pertolongan, menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang diperintahkan-Nya. Dalilnya firman Allah ta’ala:
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah” (Al Jin 18)
Wujud nyata Tauhid adalah: memahami-Nya dan berusaha untuk mengetahui hakikatnya serta melaksanakan kewajibannya, baik dari sisi ilmu maupun amalan, hakikatnya adalah mengarahkan rohani dan hati kepada Allah baik dalam hal mencintai, takut (khouf), taubat, tawakal, berdoa, ikhlas, mengagungkan-Nya, membesarkan-Nya dan beribadah kepada-Nya. Kesimpulannya tidak ada dalam hati seorang hamba sesuatu pun selain Allah, dan tidak ada keinginan terhadap apa yang Allah tidak inginkan dari perbuatan-perbuatan syirik, bid’ah, maksiat yang besar maupun kecil, dan tidak ada kebencian terhadap apa yang Allah perintahkan. Itulah hakikat tauhid dan hakikat Laa Ilaaha Illallah.
TUJUAN PENULISAN
Pada pembahasan makalah kali ini kami akan lebih membahas mengenai Tauhid Rububiyah. Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah kami ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyah melalui makna yang terkandung di dalamnya. Selain itu, kami juga ingin mengetahui pembagian tauhid Rububiyah fungsi , bukti-bukti wujud Allah dan Keesaan-Nya, dalil-dalil mengenai Tauhid Rububiyah, manfaat mempelajari tauhid Rububiyah.

BAB II
PEMBAHASAN
MAKNA TAUHID RUBUBIYAH ALLAH
Dari segi bahasa, Tauhid merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Sedangkan, Rububiyah berasal dari kata rabba yarubbu ﺭﺏّ - ﻳـﺮﺏّ yang memiliki beberapa arti, yaitu al Nashir (Penolong) /ﺍﻟﻨﺼـﻴﺮ ,al-Murabbi (Pemelihara)/ﺍﻟﻤﺮﺑـﻲ ,al-Muslih (Yang Memperbaiki) /ﺍﻟﻤﺼــﻠﺢ ) ,al-Malik (Pemilik)/ﺍﻟﻤﻠــﻚ ,al-Wali (Wali) /ﺍﻟﻮﻟﻲ , al-Sayid (Tuan)/ ﺍﻟ ﺴﻴﺪ
Dari semua pengertian di atas, kita dapat memahami bahwa Tauhid Rububbiyah adalah suatu ilmu yang membahas tentang “Wujud Allah”, mentauhidkan Allah dengan amalan dan penyataan yang tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Tuhan, Raja, Pencipta semua makhluk.
PEMBAGIAN TAUHID RUBUBIYAH MENURUT FUNGSINYA
Menurut fungsinya, tauhid rububiyah pada Dzat Allah terbagi menjadi tiga : a) Allah sebagai Pencipta (ﺧﺎﻟﻘﺎ), Allah SWT berfirman:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui. (QS. 2 : 21-22)
b) Allah sebagai Pemberi rizki ﺭﺍﺯﻗﺎ
Allah berfirman:
Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (QS. 51 : 57-58)
c) Allah sebagai Pemilik (ﻣﺎﻟﻜﺎ)
Allah berfirman:
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Al Baqoroh(2): 284)
Tauhid rububiyah ini merupakan landasan bagi seluruh kaum muslimin untuk bersyukur kepada Allah SWT. Karena pada hakikatnya dalam menempuh kehidupan dunia, mereka senantiasa bertemu dengan ciptaan Allah, dengan pemberian rizki dari Allah dan juga menggunakan segala “fasilitas” miliki Allah SWT. Mereka tidak mungkin lari dari kenyataan ini. Maknanya, meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorang pun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)
Untuk itu perlu adanya bukti-bukti tentang wujud, keesaan dan kesempurnaan sifat-Nya agar kita lebih paham mengenai tauhid Rububiyah.
Bukti-Bukti Wujud Allah, Dan Keesaan-Nya
a. Wujud Allah
1. Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat memalingkannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang meyahudikan, mengkristenkan, atau yang memajusikannya. (HR. Al Bukhari)
2. Bukti akal tentang wujud Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin menciptakan dirinya sendiri, dan tidak pula tercipta secara kebetulan. Semua makhluk tidak mungkin tercipta secara kebetulan karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan pencipta. Dalam Al Quran dijelaskan: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (Ath Thuur: 35)
Dari ayat di atas tampak bahwa makhluk tidak diciptakan tanpa pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya sendiri. Jadi jelaslah, yang menciptakan makhluk adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam hal ini kami ingin memberikan satu contoh. Kalau ada seseorang berkata kepada Anda tentang istana yang dibangun, yang dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-sungai, dialasi oleh hamparan karpet, dan dihiasi dengan berbagai perhiasan pokok dan penyempurna, lalu orang itu mengatakan kepada Anda bahwa istana dengan segala kesempurnaannya ini tercipta dengan sendirinya, atau tercipta secara kebetulan tanpa pencipta, pasti Anda tidak akan mempercayainya, dan menganggap perkataan itu adalah perkataan dusta dan dungu. Kini kami bertanya kepada Anda, masih mungkinkah alam semesta yang luas ini beserta apa-apa yang berada di dalamnya tercipta dengan sendirinya atau tercipta secara kebetulan?!
3. Bukti syara’ tentang wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang itu. Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari Robb Yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Robb Yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang diberitakan itu.
4. Bukti inderawi tentang wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat dibagi menjadi dua:
a) Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman:
Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar. (Al Anbiya: 76)
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu .(Al Anfaal: 9)
b) Tanda-tanda para nabi yang disebut mukjizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Yang Mengurus para nabi tersebut, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia, Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para rasul. Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa ‘Alaihimus Sallam untuk memukul laut dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut itu menjadi dua belas jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur itu menjadi seperti gunung-gunung yang bergulung.
Akan tetapi, Mengetahui hakikat Allah, mengetahui hakikat zat-Nya, suatu hal yang tidak mungkin (mustahil) dicapai akal manusia maka menjadi percumalah membahas yang demikian itu, (usaha sia-sia). Oleh karenanya islam agama yang mempunyai akidah yang benar dan amal yang membuahkan hasil. Melarang kita memikirkan zat Allah bagaimana zat-Nya.
Sabda Nabi SAW: “Pikirkanlah tentang keadaan makhluk Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang zat-Nya yang menyebabkan kamu binasa”
Sama dengan memikir-mikirkan zat Allah, memikirkan urusan-urusan yang berpautan dengan sifat-sifat-Nya. Kita cukup dalam mengetahuinya, meyakini bahwasanya Allah bersifat dengan sifat-sifat-Nya itu, dan bahwa sifat Allah adalah sifat yang paling sempurna sesuai dengan martabat Allah dalam wujud ini. Yang selain dari pada itu kita serahkan kepada pengetahuan Allah sendiri.
Al Quran menghadapkan akal pikiran manusia kepada selain manusia sendiri, yaitu aneka macam binatang dan tumbuh-tumbuhan serta materi-materi alam semesta ciptaan-Nya, agar manusia melihat padanya sebagian dari keajaiban-keajaiban dan keindahan-keindahan Allah.
Ringkasnya, tak ada satu makhluk pun yang tidak menunjukkan kepada adanya Pencipta yang Maha Pencipta, yang Maha Mengetahui, Yang Maha Esa dan Maha Agung.
164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Akal sehat tak dapat membenarkan ada sesuatu tanpa ada penciptanya. Ayat-ayat Al Quran semuanya, di dalam menetapkan adanya Allah, menghadapkan akal, pikiran kita, melihat dan memperhatikan keadaan. Para ulama dan imam-imam besar terdahulu membuktikan adanya Alah dengan dalil alamiah seperti terdapat pada QS Ar Rum (30): 22
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui.
b. Ke-Esaan Allah
Dengan cara yang telah kita tempuh ini, kita dapat menetapkan ke-Esaan Allah. Laa ilaaha Illallah. Kalimat ini memberi pengertian bahwa hanya Alah sendiri yang berhak disembah. Dalam ucapan ini kita memperoleh ketentuan:
Pertama, menetapkan ke-Uluhiyahan (ke-Tuhanan) bagi Allah sendiri.
Kedua, meniadakan ke-Tuhanan bagi yang selain-Nya.
Sesungguhnya hal ini dengan mudah dapat diketahui. Dalam pada itu Allah mengingatkan kita kepada ke-Esaan-Nya dengan menyuruh kita memerhatikan keadaan alam, yang menunjukkan kepada ke-Esaan pencipta-Nya, dalam tiga ayat di bawah ini:
Katakanlah: "Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy" Maha Suci dan Maha Tinggi dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al Israa’(17):42-44)
Ayat ini memberi pengertian bahwa andaikata ada lagi Tuhan yang selain Allah, tentulah masing-masing Tuhan itu mempunyai kekuatan terhadap makhluk, tentulah masing-masing Tuhan itu mengatur makhluk menurut kehendaknya. Dan tentulah di antara Tuhan itu terjadi perbedaan dan persaingan.
Islam Menentang Polytheisme (Bertuhan Banyak), Dan Atheisme (Tidak Bertuhan)
Al Quran banyak mencela orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (bertuhan banyak), memuja dua atau tiga Tuhan atau menyembah makhluk-makhluk Allah, seperti matahari, bulan, api, berhala dan lain-lain. Bukan cukup sekedar itu, melainkan Al Quran menggerakkan akal dan pikiran kaum musyrik (polytheisme) dan kaum komunis (Atheis) untuk memahami dan meneliti kenyataan-kenyataan yang membuktikan Keesaan Tuhan, tauhid (Monotheisme) yang sempurna.
Firman Allah SWT
42. Katakanlah: "Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy". (Al Israa(17): 42)
22. Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (Al Anbiya(21):22)
91. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,Yang mengetahui semua yang ghaib[1019] dan semua yang nampak, Maka Maha Tinggilah dia dari apa yang mereka persekutukan. (Al Mu’minun(23): 91-92)
79. Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Al An’am(6):79)

BAB III
ANALISA
DALIL-DALIL TAUHID AR-RUBUBIYYAH
Banyak dalil menunjukkan bahwa Allah itu Maha Esa dan tiada sesuatu menyamai Allah dari segi Rububiyyah. Antaranya:
1. Lihatlah pada tulisan di papan hitam, sudah pasti ada yang menulisnya. Orang yang berakal waras akan mengatakan bahwa setiap sesuatu pasti ada pembuatnya.
2. Semua benda di alam ini, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, menyaksikan bahwa Allah itu adalah Rabb al-’Alamin. Dia berhak ke atas semua kejadian di alam ini.
3. Susunan alam yang mengagumkan, indah dan tersusun rapi adalah bukti Allah Maha Pencipta. Jika alam bisa bicara, dia akan menyatakan bahwa dirinya makhluk ciptaan Allah. Orang yang berakal waras akan berkata bahwa alam ini dijadikan oleh satu Zat Yang Maha Berkuasa, yaitu Allah. Tidak ada orang yang berakal waras akan menyatakan bhawa sesuatu itu tercipta dengan sendiri.
Begitulah hebatnya Ilmu Allah. Pandanglah saja kepada kejadian manusia dan pikirkanlah betapa rapi dan indah ciptaan-Nya.
Terdapat seribu satu macam ciptaan Allah yang memiliki sifat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Semuanya menunjukkan bahwa Allah adalah Rabb yang Maha Bijaksana .
FITRAH MENGAKUI RUBUBIYYAH ALLAH
Berikrar dan mengakui akan Rububiyah Allah adalah suatu perkara yang dapat diterima. Hakikat ini terlintas dalam setiap fitrah manusia. Meskipun seseorang itu kafir, namun jauh di lubuk hatinya tetap mengakui Rububiyyah Allah SWT. Firman Allah SWT:
“Dan jika kamu bertanya mereka tentang: Siapakah pencipta mereka? Niscaya mereka menjawab: Allah.” (Az-Zukhruf: 87)
“Dan jika kamu bertanya mereka tentang: Siapakah pencipta langit dan bumi? Niscaya mereka menjawab: Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa dan Yang Maha Mengetahui.”(Az-Zukhruf: 9)
Tidaklah susah untuk membuktikan Rububiyyah Allah SWT. Fitrah setiap insan adalah buktinya. Manusia yang syirik dan mengkufurkan Allah juga mengakui ketuhanan Allah Yang Maha Pencipta.
AL-QURAN MENGAKUI ADANYA TAUHID AR-RUBUBIYYAH DI DALAM JIWA MANUSIA
Al-Quran mengingatkan bahwa fitrah atau jiwa manusia memang telah memiliki rasa mau mengakui Allah Rabb al-’Alamin. Firman Allah SWT:
“Berkata rasul-rasul mereka: Apakah terdapat keraguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi.” (Ibrahim: 10)
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) pada hal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.”(An-Naml: 14)
Keengganan dan keingkaran sebagian manusia untuk mengakui wujud Allah sebagai al-Khaliq (Yang Maha Pencipta), sebenarnya didorong oleh perasaan sombong, dengki dan keras hati. Hakikatnya, fitrah manusia tidak bisa kosong dari memiliki perasaan mendalam yang mengakui wujud al-Khaliq.
Jika fitrah manusia bersih dari sombong, dengki, keras hati dan selaput-selaput yang menutupinya, maka secara spontan manusia akan terus menuju kepada Allah tanpa bersusah payah untuk melakukan sembarang pilihan. Secara langsung lidahnya akan menyebut Allah dan meminta pertolongan daripada-Nya.
Sifat manusia, apabila berada di saat-saat genting, tidak akan terpikir dan terlintas sesuatu di hatinya kecuali Allah saja. Ketika itu segenap perasaan dan pikirannya dipusatkan kepada Allah semata-mata. Benarlah Firman Allah SWT:
“Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan keikhlasan kepada-Nya, maka ketika Allah menyelamatkan mereka lalu sebagian daripada mereka tetap berada di jalan yang lurus. Dan tiada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain golongan yang tidak setia lagi ingkar.” (Luqman: 32)
Sesungguhnya permasalahan mengenai wujud Allah adalah mudah, jelas, terang dan nyata. wujud Allah terbukti dengan dalil yang banyak.
ALLAH BERSIFAT MUTLAK
Manusia, jika dia bersifat seperti memiliki dan berkuasa, maka sifatnya itu sementara. Segala sesuatu di alam ini kepunyaan Allah. Apa yang dimiliki makhluk hanyalah bersifat pinjaman dan majaz (kiasan). Hanya Allah sebagai Rabb al-’Alamin (Rabb sekalian alam) dan mempunyai segala sifat kesempurnaan. Dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna mengakibatkan seluruh makhluk bergantung kepada-Nya, memerlukan pertolongan-Nya dan berharap kepada-Nya.
Manusia, jika dia cerdik, bijak dan pandai, maka semuanya itu datang dari Allah. Segala kekayaan dan penguasaan manusia bukanlah miliknya yang mutlak tetapi datang daripada Allah.
Manusia dijadikan hanya sebagai makhluk. Dia tidak memiliki apa-apa melainkan setiap kuasa, tindak-tanduk, gerak nafas dan sebagainya datang dari Allah.
Allah, Dialah Maha berkuasa, mencipta, menghidupkan dan mematikan. Dia berkuasa memberikan manfaat dan mudarat. Jika Allah mau memberikan manfaat dan kelebihan kepada seseorang, tiada siapa mampu menghalang atau menolaknya. Jika Allah mau memberikan mudarat dan keburukan kepada seseorang seperti sakit dan susah, tiada seorang makhluk pun yang dapat menghalangi atau mencegahnya.
Firman Allah SWT:
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tiada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dialah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”(Al-An’am: 17)
Dengan sifat-sifat Allah tersebut, maka timbullah kesan tauhid Rububiyah kepada seseorang. Dia hanya takut kepada Allah, dan berani untuk bertindak melakukan sesuatu karena keyakinannya kepada Allah.
MANUSIA BERSIFAT FAKIR
Manusia di dunia ini bersifat fakir (tidak memiliki apa-apa), sebaliknya senantiasa memerlukan pertolongan Allah. Firman Allah SWT di dalam Al-Hadits Al-Qudsi:
“Hai manusia, kamu semua berada di dalam kesesatan kecuali mereka yang Aku berikan taufiq dan hidayah kepadanya. Oleh itu mintalah hidayah daripada-Ku.”
“Hai manusia, kamu semua lapar, kecuali mereka yang aku berikan makan, oleh itu mintalah rezeki daripada-Ku.”
SIFAT FAKIR DAN SIFAT KAYA
Berhajatkan sesuatu adalah sifat semua makhluk. Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan makhluk lain berhajatkan kepada Allah. Oleh itu semua makhluk bersifat fakir. Allah Maha Kaya. Dia tidak berhajat kepada sesuatu. Jika manusia memiliki keyakinan ini maka dia akan senantiasa berbaik sangka terhadap Allah. Firman Allah SWT:
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah, dan Allah, Dialah Yang Maha Kaya (yang tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (Fathir: 15)
Fakir adalah sifat yang zat bagi setiap makhluk ciptaan Allah. Kaya adalah sifat yang zat bagi al-Khaliq (Pencipta).
Manfaat mempelajari Tauhid Rububiyah
Manfaat mengetahui dan mempelajari Tauhid Rububiyah antara lain:
1. Mengetahui pencipta alam semesta dan seisinya yang sesungguhnya
2. Menguatkan iman serta meningkatkan takwa kita kepada sang Pencipta.
3. Dapat terhindar dari sikap menyekutukan Allah SWT
4. Menjadi landasan bagi seluruh kaum muslimin untuk bersyukur kepada Allah SWT
5. Menjadi landasan bagi seluruh kaum muslimin untuk selalu berdoa dan memohon hajatnya hanya kepada Allah SWT.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Tauhid Rububbiyah adalah suatu ilmu yang membahas tentang “Wujud Allah”, mentauhidkan Allah dengan amalan dan penyataan yang tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Tuhan, Raja, Pencipta semua makhluk.
Menurut fungsinya, tauhid rububiyah pada Dzat Allah terbagi menjadi tiga :
1. Allah sebagai Pencipta (ﺧﺎﻟﻘﺎ),
2. Allah sebagai Pemberi rizki ﺭﺍﺯﻗﺎ
3. Allah sebagai Pemilik (ﻣﺎﻟﻜﺎ)
Bukti-Bukti Wujud Allah dapat dibagi menjadi:
a. Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar.
b. Bukti akal tentang wujud Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan.
c. Bukti syara’ tentang wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang itu. Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari Robb Yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Robb Yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa yang diberitakan itu.
d. Bukti inderawi tentang wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat dibagi menjadi dua:
1. Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Tanda-tanda para nabi yang disebut mukjizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Yang Mengurus para nabi tersebut, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia, Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para rasul.
Dengan cara yang telah kita tempuh ini, kita dapat menetapkan ke-Esaan Allah. Laa ilaaha Illallah. Kalimat ini memberi pengertian bahwa hanya Alah sendiri yang berhak disembah. Dalam ucapan ini kita memperoleh ketentuan:
Pertama, menetapkan ke-Uluhiyahan (ke-Tuhanan) bagi Allah sendiri.
Kedua, meniadakan ke-Tuhanan bagi yang selain-Nya.
Sesungguhnya hal ini dengan mudah dapat diketahui. Dalam pada itu Allah mengingatkan kita kepada ke-Esaan-Nya dengan menyuruh kita memerhatikan keadaan alam, yang menunjukkan kepada ke-Esaan pencipta-Nya. Dengan adanya keesaan terhadap Allah itu, Islam Menentang Polytheisme (Bertuhan Banyak), Dan Atheisme (Tidak Bertuhan).
Banyak dalil menunjukkan bahwa Allah itu Maha Esa dan tiada sesuatu menyamai Allah dari segi Rububiyyah. Antaranya:
1. Lihatlah pada tulisan di papan hitam, sudah pasti ada yang menulisnya. Orang yang berakal waras akan mengatakan bahwa setiap sesuatu pasti ada pembuatnya.
2. Semua benda di alam ini, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, menyaksikan bahwa Allah itu adalah Rabb al-’Alamin. Dia berhak ke atas semua kejadian di alam ini.
Fitrah pun mengakui Rububiyyah Allah. Berikrar dan mengakui akan Rububiyah Allah adalah suatu perkara yang dapat diterima. Hakikat ini terlintas dalam setiap fitrah manusia. Meskipun seseorang itu kafir, namun jauh di lubuk hatinya tetap mengakui Rububiyyah Allah SWT.
Al-Quran pun mengakui adanya tauhid ar-rububiyyah di dalam jiwa manusia. Al-Quran mengingatkan bahwa fitrah atau jiwa manusia memang telah memiliki rasa mau mengakui Allah Rabb al-’Alamin. Firman Allah SWT:
“Berkata rasul-rasul mereka: Apakah terdapat keraguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi.” (Ibrahim: 10)
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) pada hal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.”(An-Naml: 14)
Dengan semua kejelasan yang telah disebutkan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Allah itu bersifat mutlak, manusia itu bersifat fakir.
Manfaat mengetahui dan mempelajari Tauhid Rububiyah antara lain:
1. Mengetahui pencipta alam semesta dan seisinya yang sesungguhnya
2. Menguatkan iman serta meningkatkan takwa kita kepada sang Pencipta.
3. Dapat terhindar dari sikap menyekutukan Allah SWT
4. Menjadi landasan bagi seluruh kaum muslimin untuk bersyukur kepada Allah SWT
5. Menjadi landasan bagi seluruh kaum muslimin untuk selalu berdoa dan memohon hajatnya hanya kepada Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA

Razak, Drs. Nasrudin.1999.Dienul Islam.Al Ma’arif: Bandung
Ilyas, Drs. Yunahar,Lc.1998.Kuliah Akidah Islam.LPPI: Jakarta
Syaltut, Prof. Dr. Syekh Mahmud.1994.Akidah dan Syari’ah Islam.Bumi Aksara: Jakarta
Ashshiddieqy, Teungku M. Hasbi.1999.Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam.Pustaka Rizki Putra: Semarang
http://www.mii.fmipa.ugm.ac.id/new/2008/06/18/sudahkah-kita-memahami-apa-itu-tauhid/
http://makalah-artikel.blogspot.com/2007/12/kerancuan-konsep-tauhid-versi-wahabi.html
http://belasalafy.wordpress.com/2007/12/04/mereka-berbohong-atas-nama-kami/
http://209.85.175.104/search?q=cache:N0ibTm_sMhcJ:www.oasetarbiyah.com/wp_pontent/uploads/2007/09/tarbiyah.pdf+makalah+tauhid+rububiyah&hl=id&ct=clnk&cd=37&gl=id
http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/id_types_of_tawhid.pdf
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=29&Itemid=9
http://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid_Rububiyah

Category:  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
1 Response
  1. penjelasan yang sangat gamblang, makasih ya
    Portal Bersama