Konsep Nubuwah dalam Islam

Dilarang keras copy paste makalah atau artikel yang ada di sini.
Jika anda menginginkan makalah atau artikel ini,
silakan download lengkap versi doc-nya dengan download di sini

Daftar Isi
A. PENDAHULUAN
B. PEMBAHASAN
C. Pengertian Nabi dan Rasul
D. Nama – nama Nabi dan Rasul
E. Sifat – sifat Nabi dan Rasul
F. Tugas dan Mu’jizat para Rasul
G. Konsep Nubuwwah dalam Islam
H. Bagi Ahmadiyah ada tiga tipe kenabian dalam islam :
I. ANALISIS
J. KESIMPULAN
PEMBAHASAN

Pengertian Nabi dan Rasul
Secara etimologis Nabi berasal dari kata na-ba artinya ditinggikan, atau dari kata na-ba artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan memberi berita (wahyu). Sedangkan Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah dibentuk menjadi rasul berarti yang diutus/utusan. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah) kepada umatnya dan kepada seluruh manusia khusus untuk Nabi Muhammad SAW.
Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu. Apabila tidak diiringi dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa suatu misi tertentu, maka ia disebut Nabi. Namun bila diikuti dengan kewajiban menyampaikan atau membawa misi ar-risalah tertentu maka ia disebut dengan Rasul. Jadi setiap Rasul adalah Nabi, tetapi tidak semua Nabi menjadi Rasul.
Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasulpun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, kawin, punya anak, merasa sakit, senang, kuat, lemah, mengalami kematian dan sifat-sifat manusiawi lainnya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman :

Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.


Nama – nama Nabi dan Rasul
rest of post here

Allah SWT tidak menyebutkan berapa jumlah keseluruhan Nabi dan Rasul. Oleh karena itu kita tidak dapat mengetahui berapa jumlah keseluruhannya. Tapi yang pasti adalah untuk setiap umat Allah mengutus seorang Rasul, seperti yang dinyatakan dalam Firman Allah SWT dalam Surat Yunus ayat 47 :
Tiap-tiap umat mempunyai rasul........(Yunus ayat 47)
Hanya sebagian saja diantara Nabi dan Rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad diceritakan dalam Al-Qur’an.
Dan Sesungguhnya Telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepadamu.....( Al- Mu’min : 78 )
Jumlah Nabi dan Rasul yang wajib kita imani berjumlah 25 orang, yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Luth, Ayyub, Syu’aib, Musa, Haru, Zulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, Isa, Muhammad SAW.

Sifat – sifat Nabi dan Rasul
Status sebagai Nabi dan Rasul tidak bisa diusahakan oleh siapapun. Jika seseorang misalnya menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah dan meningalkan segala macam kesenangan dunia dengan harapan mudah-mudahan diangkat menjadi Nabi, tentu harapannya itu akan sia-sia belaka. Sebab status itu hanyalah semata-mata pemberian Allah SWT. Allahlah yang memilih dan menentukan siapa yang akan diangkatnya menjadi Nabi saja, atau menjadi Nabi dan Rasul sekaligus. Namun demikian, sebelum mengangkat seseorang menjadi Nabi, Allah SWT sudah menyiapkan dan memelihara kepribadian orang tersebut sehingga orang yang akan diangkat menjadi Nabi memiliki kepribadian yang sempurna, memiliki jiwa yang utuh, nalar yang kuat dan akhlak yang mulia. Disamping itu diangkat dan tidaknya seseorang menjadi Nabi tergantung juga kepada kondisi masyarakat dimana dia berada, apakah memang sangat memerlukan diutusnya seorang nabi dan Rasul untuk memperbaiki dan membimbing kehidupan mereka yang sudah sangat jauh menyimpang dari fithrah kemanusiaan.
Abu Bakar Al-Jazairy mengemukakan dengan istilah “ Muahalat An Nubuwwah”, bahwa prasyarat kepribadian, keturunan dan kebutuhan masyarakat yang intinya meliputi tiga hal :
Al-Mitsaliyah (Keteladanan). Artinya seseorang yang akan diangkat menjadi Nabi haruslah memiliki kemanusiaan yang sempurna dari segi fisik, akal pikiran maupun rohani. Atau dengan kata lain haruslah merupakan pribadi yang mulia dan terpuji. Selalu menjadi anutan dan contoh teladan. Bebas dari segala sifat dan tingkah laku yang tidak baik. Oleh sebab itu kehidupan seorang calon Nabi akan selalu dipelihara dan dijaga oleh Allah SWT sejak dari kecilnya.
Syaraf An-Nasab (Keturunan yang mulia). Artinya seseorang yang akan diangkat menjadi Nabi haruslah berasal dari keturunan yang mulia. Mulia yang dimaksudkan disini yaitu jauh dari segala bentuk kerendahan budi dan hal-hal lain yang akan menjatuhkan martabat dan nilai-nilai kemanusiaannya. Dia haruslah orang yang terpandang dan dihormati kaumnya.
‘Amil Az- Zaman (dibutuhkan zaman). Artinya kehadirannya memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengisi kekosongan rohani, memperbaiki segala kerusakan masyarakat dan mengembalikan umat manusia kepada kehidupan sesuai dengan fithrah penciptaannya.
Secara umum setiap Nabi dan Rasul memiliki sifat-sifat yang mulia dan terpuji sesuai dengan ststusnya sebagai manusia pilihan Allah SWT, baik dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan Allah SWT secara vertikal maupun dengan sesama manusia dan makhluk Allah lainnya. Namun demikian secara khusus setiap Rasul memiliki empat sifat yang erat kaitannya dengan tugasnya sebagai utusan Allah yang membawa misi membimbing umat menempuh jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Keempat sifat tersebut yaitu :
As-Shidqu (benar). Artinya selalu berkata benar, tidak pernah berdusta dalam keadaan bagaimanapun. Apa yang dikatakan Rasul baik berupa berita, janji, ramalan masa depan maupun yang lainnya selalu mengandung kebenaran. Mustahil seorang Rasul mempunyai sifat kadzib atau pendusta, karena hal tersebut menyebabkan tidak adanya orang yang akan membenarkan risalahnya. Sedangkan orang biasa saja yang mempunyai sifat pendusta tidak akan dipercaya orang apalagi seorang Rasul.
Al-Amanah (dipercaya). Artinya seorang Rasul akan menjaga dan menunaikan amanah yang dipikulkan ke pundaknya. Perbuatannya akan selalu sama dengan perkataannya. Dia akan selalu menjaga amanah kapanpun dan dimanapun, baik dilihat dan diketahui oleh orang lain maupun tidak. Oleh sebab itu mustahil bagi seorang Rasul berkhianat, melanggar amanat atau tidak sesuai antara kata dan perbuatannya. Seseorang yang memilki sifat khianat tidak pantas menjadi Nabi apalagi Rasul.
At-Tabligh (menyampaikan). Artinya seorang Rasul akan menyampaikan apa saja yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk disampaikan. Tidak akan ada satupun bujukan atau ancaman yang menyebabkan dia menyembunyikan sebagian dari wahyu yang wajib disampaikannya. Mustahil seorang Rasul menyembunyikan wahyu ilahi. Jika itu terjadi tentu batal nubuwwah dan risalahnya.
Al-Fathanah (cerdas). Artinya seorang Rasul memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, pikiran yang jernih, penuh kearifan dan kebijaksanaan. Dia akan mampu mengatasi persoalan yang paling dilematis sekalipun tanpa harus meninggalkan kebenaran dan kejujuran.
Setiap Nabi dan Rasul itu ma’shum, artinya terpelihara dari segala macam dosa, baik yang kecil apalagi yang besar. Tetapi sebagai manusia biasa yang juga tidak terbebas dari sifat lupa seorang Nabi dan Rasul bias saja melakukan kekhilafan seperti yang dilakukan oleh Nabi Adam AS yang mendekati pohon larangan akibat godaan syetan. Untuk kasus ini, Sayid Sabiq mengemukakan bahwa dalam Surat Thoha ayat 115 Allah SWT menyatakan bahwa Adam lupa dengan perintah Allah untuk tidak mendekati pohon yang dilarang itu. Dan dalam Surat Al Ahzab ayat 5, Allah SWT menyatakan bahwa tidak ada dosa atas sesuatu yang dilakukan karena ketidaksengajaan atau lupa.

Tugas dan Mu’jizat para Rasul
Semua Rasul yang diutus oleh Allah SWT mempunyai tugas yang sama yaitu menegakkan kalimat tauhid La ilaha illallah, mengajak manusia hanya beribadah kepada Allah SWT semata, menjauhi segala macam larangan dan menegakkan agama (iqomatu ad-din) Islam dalam seluruh kehidupan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Anbiya ayat 25 :

Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
Dalam menjalankan tugasnya itu para Rasul berperan sebagai mubasysyirin dan mundzirin yang artinya memberikan kabar gembira bahwa Allah SWT akan memberikan keridhaan, pahala dan balasan bagi orang yang beriman dan taat serta memberikan peringatan akan kemarahan adzab Allah SWT bagi yang tidak mau beriman dan bagi yang durhaka.
Untuk memberikan bukti tentang kerasulan dan kebenaran ajaran yang dibawa mereka, serta untuk menjawab tantangan serta mematahkan argumentasi para penentang, para Rasul dilengkapi oleh Allah SWT dengan mu’jizat yaitu kejadian luar biasa (khawariqul ‘adah) yang terjadi atas izin Allah SWT. Mu’jizat para Rasul berbeda-beda satu sama lain sesuai dengan kecenderungan umat masing-masing atau situasi yang menghendaki. Misalnya Mu’jizat Nabi Ibrahim AS tidak hangus terbakar di dalam api besar yang menyala bahkan beliau merasakan kenyamanan berada di dalamnya. Sedangkan Mu’jizat Nabi Muhammad SAW disamping mu’jizat yang hissiyah (indrawi) seperti keluar air dari sela-sela jarinya, beliau dilengkapi dengan Mu’jizat yang abadi sepanjang zaman yaitu kitab suci Al-Qur’an. Hal itu sesuai dengan tugas beliau sebagai Rasul untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti, berbeda dengan Rasul-rasul sebelumnya yang hanya diutus untuk umat dan masa tertentu saja.
Diantara Rasul yang 25 itu, ada lima orang Rasul yang mendapatkan gelar Ulul ‘Azmi yaitu : Muhammad, Nuh, Ibrahim, Musa, dan ‘Isa. Ulul ‘Azmi disini maksudnya adalah para Rasul yang paling banyak mendapat tantangan, paling banyak penderitaan, tapi mereka teguh, tabah serta sabar dan terus berjuang hingga mereka berhasil mengemban tugas yang dipikulkan oleh Allah SWT.

Konsep Nubuwwah dalam Islam
Sebagaimana Islam menuntut agar manusia mempercayai segenap Rasul, begitu pula supaya mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang penghabisan dan tidak ada lagi Nabi setelah beliau. Risalat Nabi Muhammad memuat petunjuk-petunjuk untuk mencapai kesempurnaan perikemanusiaan dan membukakan seluruh pintu yang dapat mengentarkan manusia kepada segala sesuatu yang berguna dan meningkatkan derajatnya baik rohani. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab ayat 40 :
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Sebagai Nabi yang terakhir beliau telah menyempurnakan bangunan dinullah yang telah mulai dikerjakan secara bertahap oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya. Sehingga sekarang bangunan itu menjadi indah dan sempurna. Sebagai Nabi yang terakhir dengan bangunan dinullah yang indah dan sempurna, Muhammad Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman hingga hari kiamat nanti.
Ada beberapa bukti yang menunjukkan kebenaran nubuwwah dan risalah Nabi Muhammad SAW. Antara lain :
Basyarat (berita tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW) yang terdapat pada kitab-kitab suci sebelumnya. Al-Qur’an menyebutkan basyarat dalam beberapa ayat. Anatara lain dalam Surat As-Shaf ayat 6 :

Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata."
Mu’jizat yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada beliau antara lain :
Al-Qur’an Al-Karim sebagai mu’jizat yang abadi.
Keluar air dari sela-sela jari beliau yang cukup untuk memberi minum 1400 orang laki-laki dan perempuan. (HR. Bukhari)
Melipatgandakan makanan sehingga makanan yangs sedikit cukup untuk lebih kurang 1000 orang prajurit ketika perang khandaq. (Hadits Muttafaqun ‘alaih).
Mengembalikan mata Qatadah yang tercukil waktu perang uhud, sehingga kembali seperti semula.
Makanan mengucapkan tasbih dihadapan beliau yang bisa didengar oleh para sahabatnya. (HR. Bukhari).
Bulan terbelah dan menjawab permintaan orang-orang Quraisy. (QS. Al-Qamar ayat 1).
Batu dan pohon memberikan salam kepada beliau yang bisa didengar dan disaksikan oleh orang banyak. (HR. Bukhari dan Tirmidzi).
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

Nubuat (ramalan) tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating selalu tepat. Misalnya antara lain :
Nubuat tentang akan mati syahidnya Umar dan Utsman. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA bahwa tatkala Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman mendaki bukit Uhud beliau bersabda : “ Kokohlah wahai Uhud, diatasmu ada Nabi, Shidiq dan dua orang syahid (As-Syahiidini)” (HR. Bukhari).
Nubuat tentang tidak akan terjadinya fitnah antara sesame Muslimin selama Umar masih hidup. Rasulullah SAW bersabda : “ Fitnah tidak akan menimpamu selama bersamamu masih ada Umar.” (HR. Thabrani). Sejarah mencatat bahwa firnah itu terjadi pertama kali di zaman Utsman bin ‘Affan.
Kesaksian milyaran umat islam sejak dulu sampai sekarang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Suatu kesaksian yang sangat mutawatir sekali.
Kenyataan bahwa Rasulullah SAW yang membawa ajaran yang begitu lengkap dan sempurna, adalah seorang ummi yang tidak bisa membaca dan menulis dan tidak pernah berguru kepada siapapun. Dan Rasulullah SAW tidak menyampaikan ajaran apapun sebelum wahyu pertama turun.

Namun dalam perjalanannya, Konsep kenabian Islam ternodai oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya Ahmadiyah. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa pintu kenabian tetap tebuka selamanya. Bagi mereka, pintu kenabia akan terus terbuka sepanjang masa. Akan tetapi mereka tetap mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai khatam al-nabiyyin, yakni sebagai nabi yang paling sempurna dan cap para nabi. Konsep kenabian ini adalah konsekuensi dari konsep mereka tentang wahyu. Menurutnya, pintu wahyu tetap terbuka untuk umat manusia. Disamping kedua ajaran tersebut, gerakan ini percaya dengan khilafah sebagai sarana penyatuan umat islam sedunia. Ahmadiyah mempercayai 25 Nabi dan Rasul seperti umat islam, tetapi mereka mempunyai kualifikasi tokoh-tokoh masyarakat sebagai ”Nabi” Menurut Ahmadiyah mereka yang disebut Nabi yaitu :
Nabi-nabi dari Bani Israil, Yayasa, yermina, nehumnya, hosra, yoel, anas, obaya, mikha, zefanya, dan mahaekhi.
Nabi-nabi dari Persia, antara lain Spitama dan Zoroaster.
Nabi-nabi dari China, antara lain Kong Fu tse dan Lao Tse.
Nabi-nabi dari India antara lain : Krisna, Budha, Gautama.
Ahmadiyah menyebut mereka sebagai Nabi berdasarkan alasan bahwa mereka menyeru kepada kebaikan dan melarang manusia berbuat jahat. Namun demikian, Ahmadiyah tidak menampilkan sisi historis dan kualifikasi kenabian mereka. Dengan kata lain Ahmadiyah hanya memperkirakan mereka sebagai Nabi, kalau yang menjadi dasar mereka adalah ajakan kepada yang baik dan melarang berbuat jahat.
Secara etimologis, pengertian Nabi menurut Ahmadiyah adalah seorang yang membawa tuntunan dan peringatan (mubasyir wa nadzir) kepada umat manusia. Secara terminologis, nabi bagi Ahmadiyah adalah seorang yang dipilih oleh Allah diantara hamba-hamba-Nya karena kecintaan dan kesetiaan hamba terhadap Tuhannya untuk diberi tugas memimpin umat manusia.
Nabi yang haqiqi bagi Ahmadiyah adalah para Nabi yang membawa syari’at tersendiri maupun yang datang dengan melanjutkan syari’at Nabi sebelumnya. Mereka berpendapat bahwa kenabian tidak terbatas dengan waktu. Akan tetapi kenabian akan berlangsung terus menerus sesudah Nabi Muhammad. Hanya saja kenabian sesudah Nabi Muhammad pada hakikatnya adalah hasil emanasi rohani dari kenabian Muhammad. Emanasi ini dapat dicapai, jika mereka patuh dan setia dengan kenabian Muhammad. Dengan kata lain jika ada Nabi setelah Muhammad dalam wajah lain, ibarat bayangan dalam cermin.
Bagi Ahmadiyah ada tiga tipe kenabian dalam islam :
Kenabian dengan mebawa syari’at (law bearing).
Kenabian yang bersifat independent dengan Nabi sebelumnya dan kenabiannya langsung anugrah dari Tuhan. Sebagaimana silsilah kenabian yang menyusul (follow after) setelah Musa.
Kenabian yang tidak membawa (non low bearing), dimana kenabian ini melimpah melalui kesetiaan pada nabi pembawa syari’at sebagai refleksi dari kecemerlangan dan kehebatannya. Kenabian tipe tiga ini sebagaimana yang diproklamirkan merupakan pengikut Nabi Muhammad. Kenabian Mirza Ghulam Ahmad merupakan cerminan dari kenabian Muhammad.
Dalam teori kenabiannya, Ahmadiyah mempercayai bahwa pintu kenabian tetap terbuka. Disamping itu, mereka juga percaya bahwa syari’at islam mempunyai silsilah kenabian. Bagi mereka, yakni fase jamal dan fase jalal. Fase jalal adalah periode penetapan syari’at baru, sedangkan fase jamal adalah fase kelanjutan dan pembaharuan syari’at lama. Dalam konteks ini, Nabi Muhammad adalah pembawa syari’at Islam. Sesudahnya (Nabi Muhamad) akan datang nabi-nabi yang berfungsi melanjutkan dan memperbaharui (memurnikan) syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad, yakni nabi-nabi yang datang sebagai manifestasi dari fase jamal.

ANALISIS
Berdasarkan pengamatan kami mengenai Konsep Kenabian dalam Islam, maka kami dapat memberikan analisa sebagai berikut :
Konsep kenabian dalam Islam mencakup beberapa segi yang harus diimani oleh setiap muslim yaitu :
Mempercayai dan mengimani Nabi dan Rasul sebagai utusan Allah SWT yang telah menerima wahyu dari Allah dengan perantara malaikat Jibril untuk membawa konsep ketauhidan (Li i’lai kalimatillah) dan menegakkan agama (iqomatu ad-din).
Nabi dan Rasul mempunyai empat sifat wajib yaitu Siddiq(jujur), amanah(dapat dipercaya), tabligh(menyampaikan), dan fathonah(cerdas). Serta mempunyai sifat Muhal/mustahil yang merupakan kebalikan dari sifat wajib, yaitu Kidzib(berbohong/berdusta), Khianat(berkhianat), Kitman(menyembunyikan), dan Baladah(bodoh).
Nabi dan Rasul berjumlah sangat banyak, tetapi sebagai seorang muslim kita hanya diwajibkan untuk mengimani Nabi dan Rasul yang berjumlah 25 orang.
Nabi dan Rasul merupakan manusia biasa seperti manusia pada umumnya yang tidak lepas dari sifat-sifat kemanusiaan seperti lapar, haus, membutuhkan tempat tinggal, mempunyai keturunan, merasakan sakit dan mengalami kematian.
Nabi Muhammad merupakan Nabi yang terakhir (khatam an-nabiyyin) dan tidak ada nabi setelahnya. Ajarannya bersifat universal untuk semua manusia dan meyempurnakan syari’at nabi-nabi sebelumnya serta memiliki mu’jizat yang agung sepanjang zaman yaitu Al Qur’an yang kemurniannya dijaga oleh Allah SWT.
Konsep kenabian yang diusung oleh Ahmadiyah merupakan konsep yang keliru, karena mereka mempercayai adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Hal ini karena mereka telah salah penafsiran mereka mengenai khatam an-nabiyyin. Menurut Ahmadiyah, Khatam An Nabiyyin berarti stempel/cap para Nabi. Padahal yang dimaksudkan khatan an-nabiyyin yaitu penutup para Nabi. Selain itu mereka menilai seseorang sebagai Nabi hanya karena menyeru kepada kebaikan dan melarang untuk melakukan kejahatan. Jika demikian halnya, maka akan sangat banyak manusia yang memiliki gelar Nabi. Padahal Nabi/Rasul adalah seorang utusan Allah yang mendapatkan wahyu melalui perantara Malaikat Jibril untuk mengajarkan ketauhidan kepada manusia dan untuk menegakkan agama-Nya. Walupun pendapat Ahmadiyah bahwa Nabi menyeru untuk berbuat baik dan melarang seseorang untuk berbuat jahat tidaklah salah, tapi justifikasi mengenai siapa-siapa saja yang menjadi Nabi dan adanya Nabi setelah Muhammad SAW perlu diluruskan.
KESIMPULAN
1. Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu. Apabila tidak diiringi dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa suatu misi tertentu, maka ia disebut Nabi. Namun bila diikuti dengan kewajiban menyampaikan atau membawa misi ar-risalah tertentu maka ia disebut dengan Rasul. Jadi setiap Rasul adalah Nabi, tetapi tidak semua Nabi menjadi Rasul.

2. Sebagai agama yang disampaikan kepada umat manusia yang ajarannya bersifat universal, maka Islam mencakup berbagai aspek kehidupan. Salah satunya yaitu mengenai konsep kenabian. Konsep kenabian dalam Islam mencakup beberapa hal yaitu :
Mempercayai dan mengimani Nabi dan Rasul sebagai utusan Allah SWT yang telah menerima wahyu dari Allah dengan perantara malaikat Jibril untuk membawa konsep ketauhidan (Li i’lai kalimatillah) dan menegakkan agama (iqomatu ad-din).
Nabi dan Rasul mempunyai empat sifat wajib yaitu Siddiq(jujur), amanah(dapat dipercaya), tabligh(menyampaikan), dan fathonah(cerdas). Serta mempunyai sifat Muhal/mustahil yang merupakan kebalikan dari sifat wajib, yaitu Kidzib(berbohong/berdusta), Khianat(berkhianat), Kitman(menyembunyikan), dan Baladah(bodoh).
Nabi dan Rasul berjumlah sangat banyak, tetapi sebagai seorang muslim kita hanya diwajibkan untuk mengimani Nabi dan Rasul yang berjumlah 25 orang.
Nabi dan Rasul merupakan manusia biasa seperti manusia pada umumnya yang tidak lepas dari sifat-sifat kemanusiaan seperti lapar, haus, membutuhkan tempat tinggal, mempunyai keturunan, merasakan sakit dan mengalami kematian.
Nabi Muhammad merupakan Nabi yang terakhir (khatam an-nabiyyin) dan tidak ada nabi setelahnya. Ajarannya bersifat universal untuk semua manusia dan meyempurnakan syari’at nabi-nabi sebelumnya serta memiliki mu’jizat yang agung sepanjang zaman yaitu Al Qur’an yang kemurniannya dijaga oleh Allah SWT.
Konsep kenabian yang diajarkan oleh Ahmadiyah tidak dapat diterima dan telah melenceng dari Konsep Kenabian dalam Islam, meskipun mereka mempercayai melaksanakan ibadah seperti umat islam pada umumnya, tetapi karena kekeliruan mereka mengenai konsep kenabian dengan mempercayai adanya nabi-nabi yang muncul setelah Nabi Muhammad sebagai wujud emanasi dari kenabian beliau, maka Ahamadiyah merupakan aliran yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Karena mereka memberi definisi bahwa orang yang menyeru kepada kebaikan dan melarang segala bentuk kejahatan dinamakan Nabi. Meskipun pendapat ini tidak keliru, tetapi perlu kita cermati bahwa Nabi tidak hanya menyeru kepada kebaikan dan melarang untuk berbuat jahat. Tetapi Nabi/Rasul mendapatkan wahyu dari Allah dengan membawa risalah.

 
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
1 Response
  1. Article yg baik apalagi untuk masyarakat yg masih perlu pengetahuan tentang islam article ini sangat penting kalau bisa jangan ditutup agar masyarakat yg membutuhkannya dapat memberitahukan kepada yg lain sebagai ilmu kepada semua ummat.
    Terima kasih banyak