Etos kerja dalam Islam

Dilarang keras copy paste makalah atau artikel yang ada di sini.
Jika anda menginginkan makalah atau artikel ini,
silakan download lengkap versi doc-nya dengan download di sini


DAFTAR ISI

Pengertian kerja
Unsur penting dalam etos kerja
Hal-hal yang memotivasi etos kerja
Ciri-ciri etos kerja manusia muslim
Visi, Misi dan Aksi etos kerja
Peraturan-peraturan Alloh tentang etos kerja
PEMBAHASAN
KESIMPULAN

PEMBAHASAAN
1.Pengertian etos kerja
Etos berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu, sikap ini harus dimiliki setiap individu itu sendiri hingga akan terwujud dalam masyarakat.
Dari kata ethos akan dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak, sehingga dalam etos terkadung semangat untuk optimal agar sempurna dan menghindari segala kerusakan ( fasad ). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan, sebagaimana Alloh menciptakan manusia fi ahsani taqwim (dalam bentuk yang paling sempurna ).Dan akan merujuk pada kata it qon yang berarti proses pekerjaan yang sangat sungguh-sungguh, akurat dan sempurna (an-naml (27):88). Maka sudah sangat jelas, jika manusia bersifat qur`ani pastilah dia akan menunjukan etos kerja yang tidak setengah hati atau bertindak profesional ”profesionai adalah orang yang mampu memimpin dirinya sendiri, orang lain dan mampu menjalani fungsi kekhalifahan secara utuh, mengelola seluruh potensi alam dengan baik, memiliki kemampuan manajerial potensi alam (sumber daya), mengolah, menghasilkan dan melakukan produksi hingga mampu menjual pada orang lain. Dalam arti kata, seorang profesional sejati akan mampu mengelola LEMBAGA, jamaah atau organisasi hingga menjadikan dirinya sukses di dunia dan akherat”
rest of post here

Sah hendaknya seperti kepribadian etos itulah yang ada pada diri setiap muslim jangankan orang-orang sholeh yang berobsesi tinggi untuk meraih surga firdaus, para pengikut syahwat saja harus bekerja untuk memenuhi dorongan syahwatnya, banyak pula kita dengar manusia dibumi bekerja siang malam, memeras keringat, banting tulang demi lembaran-lembaran uang selanjutnya ia habiskan dalam gelapnya dunia maksiat. Lalu program murtadisasi (kristenisasi dan yahudisasi) yang digiatkan ditengah kaum muslimin. Apakah mereka akan berhasil tanpa pekerja keras? Tentu tidak, nyatanya telah berjuta bahkan ratusan juta jiwa yang mereka dapat, apalagi di indonesia, di kalimantan, irian, pulau-pulau terpencil, daerah-daerah pelosok sebagai bukti. Apalagi kalau bukan hasil dari etos kerja yang tinggi. Mereka saja para pendurhaka Alloh memiliki etos kerja yang tinggi, bagaimana mungkin kita sebagai pengusung panji ketundukan kepada Alloh SWT tidak bekerja keras pula untuk memperbanyak kafilah orang-orang yang berserah diri kepada Alloh. Maka dibutuhkan amal atau kerja keras yang nyata untuk mewujudkan harapan (hope) kita menjadi umat muslim yang berperadaban, untuk meraihya kualitas kepribadian yang secara metaforis dapat di gambar dalam rumus : Quality of your (head, heart, head) + hard working = hope.
Pengertian kerja
Adapun kerja adalah aktifitas yang :
1.Dilakukan atas dorongan tanggung jawab.
2.Dilakukan karena kesengajaan dan perencanaan.
3.Memiliki arah dan tujuan yang memberikan makna bagi pelakunya.
Ada makna lain bekerja bagi seorang muslim yaitu suatu upaya yang sungguh-sunguh dengan mengerahkan seluruh aset, pikiran dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakan arti dirinya sebagai hamba Alloh yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakaat yang terbaik (khoiru ummah) atau dengan kata lain bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Dari sikap (etos) kemudian dengan dorongan (motivasi jihad) akan beraktualisasikan dalam bentuk ”kerja”. Maka dengan bekerja manusia telah menempatkan dirinya sebagai manusia yang menjalankan fitrohnya (memanusiakan dirinya), apalagi secara hakiki, bekerja bagi seorang muslim merupakan ibadah. ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka menyembah (beribadah) kepada-Ku” (adz-dzariyat(51):56) sebenarnya umat manusia sadar betul untuk dapat berjumpa dengan Alloh dia harus berbuat amal-amal yang prestatif sebagaimana firman Alloh......”Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan amal sholeh......(al kahfi (18):110). Tampaklah dengan segala transparan bahwa bekerja memberikan makna keberadaan diri dihadapan illahi. Bayangkan !!! tangan sa`ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari karena digunakan untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, tangan itu di cium oleh baginda Rosulloh SAW seraya berucap ”inilah tangan yang tidak akan pernah di sentuh api neraka” dalam riwayat yang lain beliau bersabda ”mukmin yang kuat lebih dicintai dari pada mukmin yang lemah.”
Dalam kata mutiara ” kekuatan akan berjodoh dengan kebenaran, sedang kelemahan hanya akan dengan mereka yang berjiwa lemah dan pemalas ” tindakan bagi kita umat muslim haruslah lahir dari semangat tauhid sebagai satu-satunya landasan hidup, akhirnya sama amal kita hanyalah semata karena untuk mengharap ridho Alloh semata. Bekerja meraih bergerak untuk tidak statis (monoton), berarti gerak itu berisi semangat untuk perubahan (the spirit of change). Maka tidaklah lagi istilah nrimo ing pandun apalagi bagi kita, selagi kekuatan Alloh masih limpahkan pada kita.
Unsur penting dalam etos kerja
1.Etos kerja itu bersumber dan berkaitan langsung dengan nilai-nlai yang tertanam dalam jiwa seseorang. Sehingga menjadi sangat penting untuk menyeleksi setiap nilai yang akan kita tanamkan dalam jiwa, maka seorang muslim harus bisa dan mengisi jiwanya dengan nilai-nilai islam, sehingga saat ia mengaktualisasikan kerja dan mewujudkan kerja nyatanya ia selalu berlandaskan pada perbaikan dan menghindari nilai-nilai fasad.
2.Etos kerja adalah bukti nyata yang menunjukan pandangan hidup seseorang yang telah mendarah daging. Pandangan hidup yang benar tentu akan melahirkan etos kerja yang lurus, begitu juga sebaliknya.
3.Etos kerja menunjukan pula motivasi dan dorongan yang melandasi seseorang melakukan kerja dan amalnya. Semakin kuat etos kerja dalam diri seseorang maka makin kuat pula motivasi seseorang untuk bekerja dan beramal.
4.Etos kerja yang kuat akan mendorong pemiliknya untuk menyiapkan rencana yang dipandangnya dapat menyukseskan kerja dan amalnya.
5.Etos kerja sesungguhnya lahir dari tujuan, harapan dan cita-cita pemiliknya. Harapan dan cita-cita yang kuat akan meneguhkan etos kerja.
Hal-hal yang memotivasi etos kerja
1.Jihad
Jihad adalah mahkotanya umat islam. Maka jika seseorang mencabut semangat jihad dari dadanya berarti dia telah melepas kehormatan dari dirinya jihad berasal dari kata jahd yang berarti usaha atau dalam bahasa arab dikenal dengan ikhtiar. Juhd berarti kekuatan atau potensi yang secara luas memberikan makna sebagai suatu sikap yang sungguh-sungguh dalam berikhtiar dikenal pula kata yang senapas dengan jihad yaitu ijtihad dan mujahadah. ijtihad adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk menggali potensi alam dengan daya nalar atau ilmu (potensi intelektual), dan mujahadah merupakan kesungguhan seseorang untuk menggali potensi kebenaran, menyelami makna, hakikat dari arti cinta (potensi spiritual). Dan seluruh potensi ini yaitu jihad, ijtihad dan mujahadah akan ada dalam jiwa seseorang ulil albab. secara umum jihad adalah kesungguhan untuk menggerakan segala kekuatan akan potensi didalam melaksanakan sesuatu dan meninggalkan martabat dirinya sebagai pengemban misi rahmatan lil `alamin.
2.Tauhid
Dengan ikrar laa ilaaha illalloh berarti manusia telah memproklamirkan kemerdekaan martabat kemanusiaan dan itu jauh nilainya melampoi makna declaration of independence serta declaration of human right yang dihembuskan oleh angin barat. HAM (hak asasi manusia) = pidato Rosululloh dalam haji wada : ”ketauhilah bahwa darahmu, hartamu dan kehormatanmu itu suci sampai hari kiamat, sampai kamu menemukan Tuhanmu” pidato tersebut adalah hak asasi yang paling asasi bagi manusia, yaitu dimaa (darah atau kehidupan), amwal (harta) dan a`radh (self esteem, martabat atau kehormatan) coba bandingkan dengan life, liberty dan property yang kemudian kata property diubah menjadi happines. Jauh peerbedaannya, karena agama islam dengan landasan tauhid adalah satu-satunya agama yang menempatkan manusia di tempat yang mulia, yaitu sebagai kholifah fil ardi.
• Tauhid sebagai motifasi dari aspek uluhiyah .Uluhiyah berarti keterkaitan, penyembahan kepada ilah. Ini berarti manusia harus membebaskan diri dari segala sesuatu kecuali hanya tunduk, pasrah dan cinta kepada Alloh. Manusia yang menyakini akan ketauhidan illahi adalah manusia yang mampu berjalan menapaki kehidupan dengan penuh keberanian dan percaya diri, karena mereka hanya takut kepada Alloh sebagai yang menciptakan mereka, yang melimpahkan sedikit banyak rizki. Semangat tauhid ini melahirkan dan mendorong etos kerja dengan cara pikir yang kritis dan merdeka, hati lapang dan tidak akan tertekan bila dia berhadapan dengan siapapun melahirkan pula kesadaran diri yang sangat kuat sehingga mampu mengendalikan diri, mendayagunakan seluruh potensi dan selalu memakai tolak ukur kebenaran untuk melakukan pilihan-pilihan. ”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tetangga (tidak kritis). Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban”(Al-israa`(17): 36).
• Aspek rububiyah
Kata rabb merupakan bentuk akan sifat dari kekuasan Alloh dengan kasih sayang-Nya ”(Dialah) Tuhan masyruh dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung” (Al-muzzammil(73): 9)”......(yaitu Tuhan) yang telah menciptaka aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (Asy-syu`aro(26):78-80) ini adalah motivasi untuk tidak takut kekurangan, kerugian atau kesulitan dalam bekeja karena ada Alloh SWT sebagai fasilitator yang tidak akan pernah kikir untuk melimpahkan rahmatnya kepada manusia yang mau berusaha.
• Aspek mulkiyah
Aspek mulkiyah secara mutlak membentuk diri kita merasa terikat atau dimiliki oleh sesuatu (aqad, mua`qad, aqidah yang artinya komitmen, keterikatan dan ketergantungan) dan keterikatan ini diyakini sebagai hukum atau aturan yang mutlak sehingga posisinya menjadi hamba yaitu dengan ikrar laa illaha illalloh, dan kalimat itu seharusnya mendominasi dan mempengaruhi serta mengikat diri kita hanya kepada sang pemilik kemulkiyahan (kerajaan)
- Laa mahubba illa hawa Alloh, tidak ada yang dicintai kecuali Alloh
- Laa ma`buda illa hawa Alloh, tidak ada yang memperbudak diriku kecuali Alloh.
3.Penempatan diri sebagai pemain dan pemenang
Alloh tidak akan mengubah nasib seorang, bahkan suatu bangsa, kecuali dirinya sendiri yang mengubahnya. Seorang Williams jennings bryan saja berungkap ”Takdir bukanlah masalah kebetulan, takdir adalah masalah pilihan takdir bukanlah sesuatu yang harus ditunggu melainkan sesuatu yang harus di capai” (desting is not a matter of chance. It is a matter of choise, it is not a thing to be waited for, it is a thing to be achieved).”
Alloh telah memberikan modal pada diri kita untuk menjadi pemain jadi tidaklah perlu takut untuk berkarya, kita adalah kholifah, jabatan yang Alloh berikan pada setiap diri seseorang. Instropeksi diri akan sangat penting untuk mengoreksi diri, kritik dan saran adalah 2 hal yang senapas yang menjadi motivasi pembangun untuk lebih baik dalam berkarya sehingga kita bisa jadi pemenang, bahkan kita selalu diseur ”hayya `alal falaah!” jadilah pemenang, jadilah orang yang beruntung !” Keyakinan kita adalah pemain dan kita akan menjadi pemenang akan mendorong etos kerja kita hingga kita dapat mewujudkan kemenangan baik didunia dan diakherat.
4.Percaya diri dan optimis
Hellen keller berkata” optimisme adalah sebuah keyakinan yang akan membawa pada pencapaian hasil. Tidak ada yang bisa diperbuat tanpa harapan dan percaya diri,” tidak ada kamus pesimis seharusnya dalam jiwa seseorang muslim. Digambarkan, bila ada gelas setengah isi setengah kosong, orang optimis akan berkata “ gelas itu setengah isi” orang pesimis berkata ”gelas itu setengah kosong”, orang optimis akan selalu berpandangan selalu ada harapan untuk terwujud, sehingga melahirkan rasa percaya diri, sedang pesimis menjadi tawanan keraguan.
Sir Winston churcil berkata ”orang yang pesimis akan melihat kesukaran dibalik kesempatan, sedang orang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesukaran” lihat bagaimana baginda Rosul dapat menyebarkan islam yang berawal dari dirinya sendiri sampai islam kini keseluruh dunia lihat bagaimana pasukan Rosul dapat memenangkan perang badar jika dilihat dari jumlah pasukan saja 3 banding 10, akan menjadi mustahil jika ini dipandang oleh manusia selain Rosululloh dan para sahabat. Bagaimana Abu Bakar as-shidiq secara lantang membenarkan isra` mi`raj rosul ? Kalau mereka bukan hamba-hamba Alloh yang hidup penuh dengan khusnuzhan (optimis) dalam hati dan akalnya. Dan kita bisa sukses mengikuti jejak mereka, jika kita meniru akhlak mereka.
5.Jiwa yang merdeka
Jiwa yang merdeka adalah jiwa yang mampu menunjukan jati dirinya, karena tidak terbelenggu oleh siapapun selain Alloh yang justru selalu membekali dirinya dengan berbagai potensi. Jiwa yang merdeka selalu mencari upaya untuk menjadikan dirinya punya arti dimanapun berada. Rosulloh bersabda: ”Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya.”
Jiwa yang merdeka karena dia bertauhid, dimana dia terbebas dari ilah-ilah selain Alloh, termasuk hawa nafsu yang melahirkan sikap keserakahan, kesombongan, yang kemudian membentuk diri tertutup, tidak mampu menerima kebenaran atau pendapat orang, kemudian ia juga ingin menjadi pusat perhatian dan menuntut orang lain untuk bertindak sesuai dengan keinginannya, dia manjadi manusia dengan tipe reaktif lawan dari proaktif, egois, yang akhirnya tumbuh sikap yang kontradiktif, tidak mampu mengembangkan daya imajinasi yang kreatif dan inovatif. Dan etos kerja tidak ada pada jiwa yang terbelenggu, maka dari itu bebaskan diri dari segala macam penjajahan jiwa kepada selain Alloh, untuk mewujudkan kinerja yang profesioanal.
6.Alloh is always in my heart
Jadilah manusia yang merdeka tetapi ingat, Alloh senantiasa melihat kita kemanapun kita berpaling disanalah wajah Alloh. Keyakinan bahwa Alloh selalu mengawasi kita, Alloh satu-satunya yang selalu menerima kita dalam keadaan apapun, satu yang membekali kita dengan berbagai kemampuan, membangkitkan kita di kala kita terjatuh, kalau kita mendekat pada-Nya, jika kita melangkah mendekat pada Alloh, maka Alloh juga akan melangkah mendekat pada kita. Jadi jika kita menempatkan Alloh dihati kita, Alloh pun akan menempatkan kita dihati-Nya, dengan arti, ketika kita dekat dengan yang kita cintai, karena sesuatu itu kita letakkan dihati kita maka ada dorongan untuk selalu berbuat amalan yang prestatif karena kita tahu Alloh selalu mengawasi kita dan tentunya kita tidak ingin mengecewakan yang kita cintai tersebut.
7.Knowledge is a power
Harta yang paling berharga adalah ilmu bukan uang seperti nasihat Ali bin Abi Thalib kepada Kumail bin Ziyad; ” Wahai kumail ilmu itu lebih utama daripada harta, ilmu menjagamu, sedangkan harta kau yang harus menjaganya. Harta akan berkurang bila kau nafkahkan, sedang ilmu akan bertambah subur bila kau nafkahkan.” Ilmu ibarat oase digurun pasir, bagaimana islam datang dan merobah peradaban orang-orang jahiliyah, dimana peradaban mereka hampir sama dengan peradaban binatang, tapi ilmu islam datang dan merobah peradaban arab. Bagaimana kini orang-orang barat mampu membangun peradaban mereka, itu berawal dari kegigihan mereka mencari ilmu. Di dalam Al qur`an disebut berbagai ungkapan yang merujuk kepada mereka yang berilmu misal, ulil albab, ulul `ilmi, ahludz dzikr, ilmu adalah kekuatan besar untuk merubah keadaan.
8.Be positive
Berpikir positif berarti mampu melihat celah cahaya ditengah-tengah kegelapan, mampu melihat jalan keluar dari segala belenggu, berani mengubah diri dengan mengasah pedang intelektualnya menghadapi musuh, kapilarisme, sekularis dan kaum ateis. Dengan ini semangat etos kerja akan tinggi untuk menjadi pribadi yang positif.
9.Succes oriented
Orang yang mempunyai orientasi pada kesuksesan tidak takut terhadap tantangan, penderitaan ataupun kegagalan. Bagaimana kita merasakan keberhasilan bila kita tidak pernah merasakan kegagalan. Jadi bagaimana kita akan sukses kalau kita tidak mengenal apa sukses itu, bagaimana untuk sukses, jadi berorientasi pada kesuksesan maka mendorong kita untuk beretos kerja tinggi.
Ciri-ciri etos kerja manusia muslim
1.Shohibul i`tiqod (benar dalam keyakinan)
2.Shohibul `ibadah (benar dalam ibadah)
3.Fadhilul khuluq (kemulian akhlak)
4.Mujahidun lin nafs (jiwa pejuang)
5.Tholibun lil `ilm (mencari ilmu)
6.Qadirun `alal kasb (kuasa untuk mencari nafkah)
7.Shahibul jizm (sehat jasmani)
8.Munazhzam fi su` unihi (menata permasalahan)
9.Harishun`alal waqh (menjaga waktu)
10.Mufid li ghoirihi (bermanfaat bagi orang lain)

”Menurut toto tasmara dalam bukunya, ciri-ciri etos kerja muslim”
1.Mereka kecanduan terhadap waktu Mereka selalu mengoptimalkan waktu demi waktu, detik demi detik, untuk segala hal yang bermakna dan menghasilkan.
2.Mereka memiliki moralitas yang bersih (ikhlas) Sikap ikhlas bukan dari output dari cara dirinya melayani, melainkan juga input atau masukan yang membentuk kepribadian, hingga mereka menjadi orang mukhlis.
3.Kecanduan kejujuran Mereka merasa bangga menjadi pelaku kejujuran, perilaku jujur diikuti sikap tanggung jawab ”kejujuran adalah kunci surga” jauhi dusta karena dusta akan membawa dosa dan dosa membawanu ke neraka. Biasakanlah berlaku jujur karena jujur akan membawamu kepada kebajikan dan membawamu ke surga. Sabda Rosulloh.
4.komitmen Sikap berkorban dorongan semangat tidak individualis.
5.Istiqomah Taat hukum (aturan), pantang menyerah, mampu mempertahankan prinsip, tidak rapuh meski tertekan.
6.Disiplin Hati-hati dalam mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab, terarah, adaptabilitas atau keluwesan menerima inovasi.
7.Konsekuen dan berani manghadapi tantangan Tanggung jawab atas pilihan atau keputusan dan berani dalam menghadapi pilihan, life is choice.
8.Percaya diri Optimis, tenteram, muthma`innah tidak ragu-ragu, berani menyatakan pendapat atau gagasan sendiri, mampu menguasai emosi, memiliki independensi (sikap berdiri sendiri walau minoritas).
9.Kreatif  motivasi berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis, mengolah kesempatan.
10.Bertanggung jawab Tanggungjawab = menanggung dan memberi jawaban. Dalam islam disebut amanah yaitu menjalankan tugas dengan benar.
11.Bahagia karena melayani  melayani dengan cinta, seperti yang di teladankan oleh Rosulloh dalam melayani umatnya, orang yang amarah adalah orang yang menjadikan dirinya sibuk untuk memberikan pelayanan.
12.Memiliki harga diri  Harga diri yang di landasi aqidah islam.
13.Jiwa kepemimpinan (leadership)  Mujahid yang mampu memainkan peran sehingga berpengaruh di lingkungannya.
14.Berorientasi ke masa depan  Bercita-cita dan bertindak dengan perencanaan untuk cita-cita.
15.Hemat dan efisien  Bukan kikir tetapi sebagai reseve (simpanan / cadangan) dan melakukan sesuatu secara benar, tepat dan akurat.
16.Jiwa enterprenewship  Jiwa wiraswasta yang mampu mengolah `alamiah.
17.Jiwa bertanding  Yaitu semangat jihad untuk meraih prestasi.
18.Mandiri  merdeka, tidak bergantung pada selain Alloh.
19.Belajar dan mencari ilmu
20.Semangat perantau  Baik secara fisik atau batin.

21.Memperhatikan kesehaytan  Sabda Rosulloh SAW : ”Sesugguhnya jasadmu mempunyai hak atas dirimu ”
22.Tangguh dan pantang menyerah  Tabah dan ulet dalam menghadapi tantangan.
23.Berorientasi pada produktifitas  Efisien untuk menghasilkan.
24.Silaturahmi  Bersilaturahmi untuk membuka peluang dan untuk mengikat simpul-simpul informasi dan menggerakkan kehidupan.
25.Semangat perubahan (spirit of change)  Hijrah untuk mengubah menjadi lebih baik.
Visi, Misi dan Aksi etos kerja
Visi bukan hanya tulisan atau ungkapan, melakukan sebuah gambaran dengan niat yang luar biasa. Visi seorang muslim adalah harapan dirinya untuk senantiasa berada di jalan yang di ridhoi Alloh yaitu geraknya untuk mendapat ridho Alloh atau jelasnya untuk mendapat kebahagiaan dunia skherat.
Misi adalah amanah yang harus di bayarkan, ungkapan nyata dari prinsip-prinsip nilai yang di yakini, karena tidak mungkin ada iman tanpa misi. Misi suci seorang muslim adalah menjadikan dirinya penuh arti yaitu geraknya menjadi dakwah.
Aksinya diwujudkan dalam wujud hablum minalloh dan hablum minannas. Bagaimana seorang musllim bekerja untuk melakukan hubungan dengan Tuhan, yaitu dengan cinta. ” Inna sholati wa nusuki wa mahyaaya ” itu adalah pernyataan diri setiap muslim, hingga akan membentuk etos kerja yang tinggi untuk mewujudkan pernyataan tersebut. Jadi aksi dari etos kerja pertama untuk menjalin hubungan sang kholik, Alloh SWT. Hablum minannas yaitu hubungan dengan sesama manusia, ini lebih kompleks karena berhubungan dengan manusia bersifat relatif penuh dengan dinamika, manusia adalah makhluk yang dibentuk dengan rasa, karsa dan periksa. Dalam hubungan manusia posisi kita sebagai kholifah fil ardhi. Manusia harus memelihara 3 dimensi :
1.Hubungan dengan Alloh
2.Hubungan dengan manusia
3.Hubungan dengan alam
Dalam etos kerja, ketiga kedudukan tersebut hendaknya dijabarkan dalam satu paket yang terpadu dan dihayati serta diimplementasikan secara terpaddu pula. Inilah aksinya bahwa keberadaan di muka bumi harus mampu memerankan perannya sehingga keberadaannya bermakna dan mempunyai arti, sehingga tampilah sebagai the winner, dan titelnya sebagai khoiru ummah akan betul di sandang oleh manusia muslim.

Peraturan-peraturan Alloh tentang etos kerja
1.Pelaku etos kerja harus beriman dan bertaqwa.
Taqwa itu mematuhi atau mengikuti semua peraturan-peraturan Alloh dengan baik, sempurna, khafah, tidak setengah-setengah, ikhlas dan menjauhi semua larangan-larangan yang diberi tahu oleh Alloh ” Barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (memudahkan jalannya untuk sukses)” Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (At-Talaq (65):2-3)
2.Pandai menggunakan waktu secara profesional. Orang itu harus membagi waktu untuk di dunianya dan untuk diakherat. Bukan hanya banyak berdzikir dan berdo`a dan bukan pula hanya bekerja dari pagi sampai pagi lagi.
BAB II
PEMBAHASAN KELOMPOK

Sikap, kepribadian, karakter serta keyakinan untuk mengupayakan dengan sungguh-sungguh seluruh aset, pikira dan dzikirnya dalam rangka mengaktualisasikan keberadaan dirinya sebagai manusia atau seorang hamba Alloh, dimana kedudukannya di dunia adalah sebagai kholifah. Atau jelasnya kepribadian yang selalu bergerak demi tanggungjawabnya sebagai khoiru ummah, itulah etos kerja. Kehormatan tidak akan disandang jika manusia itu tidak berpotensi, potensi akan terlihat melalui karya. Dari karya akan terbangun suatu peradaban, dari itu akan terlihat kuatnya, hebatnya, terstrukturnya, berkebudayaan suatu kaum. Dan Alloh SWT menganugrahkan itu kepada hamba-Nya.
Etos kerja umat muslim sudah seharusnya membuahkan hasil yang gemilang karena, geraknya hanya di manifestasikan untuk mencari ridho Alloh, ini berarti kerjanya bersih tanpa mencampuradukan, maka terlihatlah keprofesionalannya, suatu kerja yang bersih, bersih dari thughut atau kemasyrikan (merdeka), bersih dari maksiat, bersih dari segala kecurangan, dalam garis besar, bersih dari segala niatan yang melenceng dari kebenaran. Gelar khoiru ummah hanya disandang oleh manusia-manusia yang berakhlaqul karimah yang produktif, karena itu bukti kebaikannya dalam setiap lini kehidupannya. Alloh memberikan gelar tersebut karena manusia memang makhluk Alloh SWT yang mempunyai kelebihan, sebagai bukti Alloh memilih manusia menjadi kholifah di bumi, bukan iblis juga bukan malaikat. Namun jika manusia tidak dapat mewujudkan ”kuntum khoiru ummah” maka kedudukannya akan lebih rendah dari binatang yang tidak punya potensi apapun. Manusia yang memiliki etos kerja yang ahsan, akan beramal untuk ke ahsanan pula, baik untuk dirinya maupun lingkungan, demi masa depan yang baik dan seimbang. ”Dan carilah (pahala) negri akherat dengan apa yang telah di anugrahkan Alloh kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu didunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh telah berbuat baik padamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi, sungguh Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al qhoshos(28):77 )
Maka etos kerja seorang muslim hanya karena Alloh dengan segala motivasi yang bersumber dari Alloh dan ditunjukan untuk Alloh, karena Alloh satu-satunya yang memiliki, menguasai, mengatur, memberi, mencintai seluruh alam dan seisinya. Seseorang akan memberikan apapun kepada sang penguasa, kepada yang dicintai dengan tujuan mendapatkan tempat di hatinya. Dia akan berbuat apapun untuk menunjukan kecintaannya, demi terbangunnya suatu hubungan yang kokoh dengan yang dicintainya. Dan etos kerja umat muslim bertujuan untuk itu, hablum minalloh dan hablum minannas. Akhlak kerja dalam memebangun hubungan yang berkualitas dengan Alloh dalam ibadah, dan akhlak kerja untuk membangun hubungan yang berkualitas dengan manusia dalam bentuk peran serta masyarakat muslim disegala bidang, dan hasil kerja kita mampu mengembalikan kehormatan islam dalam peradaban dunia.
KESIMPULAN
Semua etos kerja dalam islam banyak diungkapkan dalam berbagai ayat al qur`an atau diuraikan dalam hadits. Orang-orang yang beriman dan bertakwa mengikuti etos kerja menurut Alloh SWT maka dia akan menjadi orang sukses dalam memakmurkan, mensejahterakan keluarga, masayarakat dan dia sendiri diberi oleh Alloh hadiah atau rezeki yang banyak. Dia akan meninggalkan warisan-warisan yang banyak untuk keluarga dan masyarakat, Warisan tersebut bukan hanya berbentuk harta, namun ilmu dan akan lebih agung lagi, warisan tersebut adalah suatu peradaban bisa nan elok dengan segala keindahan syari`at, akhlak dan budaya.
Jadi orang-orang beriman dan bertaqwa adalah orang-orang yang kaya akan ilmu dan harta yang berkah, karena semua itu mereka peroleh dari etos kerja yang ahsan, kamudian semua itu mereka gunakan sebanyak mungkin untuk kemaslahatan masyarakat. Jadi jika para ulama-ulama, dai-dai, khotib-khotib, dan islamic scolars yang tahu akan agama (islam), tahu peraturan-peraturan Alloh, masih hidup miskin, berarti mereka belum sempurna (kurang) dalam menghayati peraturan Alloh atau mengingkari sebagian peraturan Alloh dan satu seruan yang harus kita seru dan kita jadikan pedoman.
”keep your hands busy with works ; keep your mouth busy with remembrance of Alloh and leave inheritance as much as possible. Love your neighbour as your love your self.”






Category:  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
0 Responses